2 Timotius 3 : 5 — “ Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.”
Ada seseorang yang saya kenal pernah menceritakan keheranannya terhadap cara berpikir dari teman-teman gerejanya. Setiap kali saya menceritakan mukjizat TUHAN yang saya alami, mereka menanggapinya dengan sinis. Ia ditertawakan malah dikatakan gila. "ah, kamu mengada-ada...mana ada yang seperti itu?" kata teman-temannya. Okelah kalau yang diceritakan itu mukjizat besar yang sulit diterima akal, tapi untuk yang sederhana sekalipun sulit mereka cerna.
Ini adalah gambaran bahwa di kalangan orang percaya pun ternyata masih sangat banyak orang yang belum punya iman yang cukup untuk mempercayai kuasa dan kekuatan TUHAN. Mereka menganggap bahwa itu tidak mungkin dialami secara langsung dalam kehidupan nyata, sehingga apa yang dialami orang lewat kesaksian mereka tidak mengubahkan mereka untuk hidup lebih baik. Tidaklah heran apabila kita melihat orang-orang percaya yang masih saja hidup penuh kecemasan, kekhawatiran atau terus takut.
Mereka mengukur kemungkinan untuk lepas dari masalah hanya dari besar kecilnya masalah yang mereka hadapi dan tidak menyadari bahwa TUHAN sanggup melakukan apa-apa. Kalau masalahnya kecil mungkin bisa, tapi kalau sudah terlalu berat maka berdoa pun pasti tidak membawa hasil apa-apa. Mereka beribadah rutin, mereka berdoa, tapi hanya sebatas liturgi atau kebiasaan saja.
Ada yang berpikir bahwa itu harus dilakukan hanya karena takut masuk neraka, bukan karena ingin membangun hubungan yang erat dengan TUHAN sehingga memiliki kehidupan yang kuat ditengah badai kehidupan. Meski rajin menjalankan ibadah mereka tetapi mereka sendiri sulit atau bahkan tidak bisa percaya kepada kekuatan yang bisa hadir di dalamnya.
Betapa ini merupakan hal yang ironis. Di satu sisi orang berharap mukjizat terjadi dalam hidupnya, tetapi di sisi lain mereka sendiri ragu dan memungkiri kekuatannya. Sikap seperti ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Kebiasaan memakai logika manusia yang terbatas dalam memahami kuat kuasa TUHAN yang tak terbatas bukan hanya masalah bagi orang percaya hari ini tapi sudah terjadi sejak jaman dahulu.
Paulus menggambarkan hal ini sebagai salah satu fenomena yang akan semakin marak menjelang akhir jaman. "Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya." 2 Timotius 3 : 5
Ini adalah satu dari sekian banyak hal serius yang digambarkan Paulus sebagai "masa yang sukar". 2 Timotius 3 : 1 — “ Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar."
Masa yang sukar, dalam benak kita itu berarti ada banyak krisis, bencana, peperangan, tekanan dan sebagainya. Benar, itu memang kerap terjadi akhir-akhir ini. Tetapi apa yang dikatakan oleh Paulus sebagai masa yang sukar ternyata bukan sekedar mengacu kepada kerusakan lingkungan atau bahkan krisis ekonomi. Masa-masa yang sukar menurut hemat Paulus adalah pada saat kejatuhan manusia semakin jauh dalam mementingkan dirinya sendiri.
2 Timotius 3 : 2 - 4 — “ Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti ALLAH."
Perhatikan bahwa sikap-sikap seperti ini bukan lahir dari orang tidak percaya tapi justru lahir dari orang-orang yang rajin menjalankan ibadah seperti yang disebutkan dalam ayat 5 di atas. Secara lahiriah mereka beribadah, tapi mereka sebenarnya menolak kekuatannya. They deny and reject it, they are still strangers to the power of it. ini merupakan teguran buat kita juga yang secara fisik hadir di gereja tetapi hanya sebagai sebuah ritual atau kebiasaan atau tradisi semata tanpa mengalami pertumbuhan iman apapun lewat itu semua.
Kita memang beribadah, tetapi kita sendiri malah memungkiri kekuatannya. We pray but we reject the power of praying. Beribadah sangatlah penting. Paulus mengatakan "Latihlah dirimu beribadah". 1 Timotius 4 : 7b. Mengapa harus dilatih? Karena latihan rohani itu bisa membawa manfaat yang jauh lebih besar dari latihan badani/jasmani.
"Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." 1 Timotius 4 : 8
Latihan jasmani akan sangat berguna bagi kesehatan dan daya tahan tubuh kita. Itu berguna bagi kehidupan kita di dunia saat ini, tetapi tidak akan ada gunanya lagi untuk hidup yang akan datang. Sedangkan melatih diri untuk beribadah akan berguna baik untuk hidup saat ini maupun yang akan datang nanti.
Jadi jelas beribadah itu penting. Tapi jangan lupa bahwa kita pun harus tahu hakekatnya kita beribadah. Paham tujuannya, kegunaannya, kekuatannya, agar ibadah yang kita lakukan tidak menjadi sia-sia, tidak berhenti hanya sebatas menjalankan tradisi, sesuai kebiasaan atau tata cara liturginya saja.
Ibadah yang dilakukan dengan benar akan mampu membangun iman kita untuk bertumbuh makin besar, berakar dalam KRISTUS semakin dalam, sehingga kita lagi terjebak memungkiri sendiri kekuatan di balik ibadah-ibadah yang kita lakukan itu. Kalau untuk percaya terhadap pengalaman orang saja kita sulit, bagaimana mungkin kita bisa mengalaminya sendiri ?
Ibadah yang dilakukan hanya pada titik lahiriah saja tidak akan membawa manfaat apa-apa bagi kita. Kita akan terus semakin jauh dari pengalaman-pengalaman luar biasa bersama KRISTUS. Kita tidak akan bisa merasakan mukjizat-NYA, penyertaan dan pertolongan-NYA yang ajaib, serta berbagai kuasa TUHAN yang terus dinyatakan hingga hari ini secara nyata. We can see it, feel it, experience it for real.
Kita harus terus maju memahami kekuatan dari ibadah hingga pada suatu ketika nanti bisa mengalaminya langsung, bukan lagi hanya kata orang tetapi kita sudah mengalami sendiri. Semua orang percaya harus sampai kepada tingkatan seperti itu, dan itu akan sulit sekali apabila kita sendiri masih memungkiri kekuatannya.
Ibadah tidak boleh terbatas pada seremonial yang penuh dengan hafalan tanpa memahami esensinya.
Ibadah tidak boleh berhenti pada tata cara, gerak tubuh, posisi dan ucapan yang sama berulang-ulang.
Ibadah seharusnya diarahkan untuk membangun hubungan yang intim dengan TUHAN.
Ibadah bukanlah tempat dimana kita hanya meminta dan terus meminta, mengeluh dan merengek tetapi lebih dari itu seharusnya dipergunakan untuk bersekutu dengan-NYA, merasakan hadirat-NYA, mendengar suara-NYA dan mengetahui kehendak dan rencana-NYA yang terbaik atas kita, atau mendengar teguran-NYA ketika kita melakukan sesuatu yang salah.
TUHAN tidak suka dengan orang-orang yang hanya menjalankan ibadah sebagai sebuah rutinitas atau ritual belaka. "Dan TUHAN telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan AKU dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-KU, dan ibadahnya kepada-KU hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, AKU akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." Yesaya 29 : 13 - 14
Perhatikan bahwa bahkan akan ada hukuman TUHAN yang jatuh kepada orang-orang yang hanya sebatas bibir saja memuliakan TUHAN, hanya sebatas hafalan, seremonial, kebiasaan, sementara hatinya tidak memancarkan kasih sama sekali kepada TUHAN.
Sebaliknya kepada orang yang sungguh-sungguh mencari TUHAN dalam tiap ibadah yang mereka lakukan, TUHAN memberikan seperti ini: "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-NYA dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-NYA kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." Bilangan 6 : 24 - 26
Ini akan diberikan sebagai berkat kepada kita jika kita meletakkan nama TUHAN di atas segalanya, termasuk dalam ibadah kita. Bilangan 6 : 27 — “ Demikianlah harus mereka meletakkan nama-KU atas orang Israel, maka AKU akan memberkati mereka."
Dan lihat pula Firman TUHAN berikut : "beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu." 1 Samuel 12 : 20b
Beribadah harus dilakukan dengan segenap hati, dengan serius dan sungguh-sungguh dengan memiliki tujuan yang benar. TUHAN tidak suka apabila kita mementingkan tata cara dan hal-hal lain di luar membangun kedekatan hubungan dengan-NYA. TUHAN tidak suka ketika kita hanya ingin terlihat hebat rohani dari luar sementara di dalam iman kita malah tidak jelas bentuknya.
Sebaliknya TUHAN akan disenangkan hati-NYA kala melihat anak-anak-NYA yang rajin beribadah karena haus merasakan saat-saat teduh bersama-NYA, rindu untuk terus bertemu dan mendengar pesan-pesan-NYA, dan tentu saja yang menunjukkan imannya dengan mengaplikasikan firman TUHAN secara nyata di dalam kehidupannya sehari-hari.
Kita bukanlah hidup untuk terlihat hebat di depan manusia, tetapi justru yang terpenting adalah menghidupi sebuah kehidupan yang berkenan di mata TUHAN. Jika kita sudah beribadah tetapi masih juga meragukan atau menolak kuasa TUHAN, itu artinya masih ada yang harus kita perbaiki dalam melakukan ibadah kita.
Percayalah bahwa TUHAN punya kuasa jauh melebihi segalanya dan mampu menjungkir-balikkan logika manusia. Itu masih terjadi secara nyata sampai hari ini, masih akan terjadi nanti, dan itu pun bisa kita alami secara langsung dalam kehidupan kita sendiri. Jangan sia-siakan ibadah dengan hanya mementingkan tata cara dan kebiasaan saja, AMIN.
TUHAN YESUS Memberkati.
Ada seseorang yang saya kenal pernah menceritakan keheranannya terhadap cara berpikir dari teman-teman gerejanya. Setiap kali saya menceritakan mukjizat TUHAN yang saya alami, mereka menanggapinya dengan sinis. Ia ditertawakan malah dikatakan gila. "ah, kamu mengada-ada...mana ada yang seperti itu?" kata teman-temannya. Okelah kalau yang diceritakan itu mukjizat besar yang sulit diterima akal, tapi untuk yang sederhana sekalipun sulit mereka cerna.
Ini adalah gambaran bahwa di kalangan orang percaya pun ternyata masih sangat banyak orang yang belum punya iman yang cukup untuk mempercayai kuasa dan kekuatan TUHAN. Mereka menganggap bahwa itu tidak mungkin dialami secara langsung dalam kehidupan nyata, sehingga apa yang dialami orang lewat kesaksian mereka tidak mengubahkan mereka untuk hidup lebih baik. Tidaklah heran apabila kita melihat orang-orang percaya yang masih saja hidup penuh kecemasan, kekhawatiran atau terus takut.
Mereka mengukur kemungkinan untuk lepas dari masalah hanya dari besar kecilnya masalah yang mereka hadapi dan tidak menyadari bahwa TUHAN sanggup melakukan apa-apa. Kalau masalahnya kecil mungkin bisa, tapi kalau sudah terlalu berat maka berdoa pun pasti tidak membawa hasil apa-apa. Mereka beribadah rutin, mereka berdoa, tapi hanya sebatas liturgi atau kebiasaan saja.
Ada yang berpikir bahwa itu harus dilakukan hanya karena takut masuk neraka, bukan karena ingin membangun hubungan yang erat dengan TUHAN sehingga memiliki kehidupan yang kuat ditengah badai kehidupan. Meski rajin menjalankan ibadah mereka tetapi mereka sendiri sulit atau bahkan tidak bisa percaya kepada kekuatan yang bisa hadir di dalamnya.
Betapa ini merupakan hal yang ironis. Di satu sisi orang berharap mukjizat terjadi dalam hidupnya, tetapi di sisi lain mereka sendiri ragu dan memungkiri kekuatannya. Sikap seperti ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Kebiasaan memakai logika manusia yang terbatas dalam memahami kuat kuasa TUHAN yang tak terbatas bukan hanya masalah bagi orang percaya hari ini tapi sudah terjadi sejak jaman dahulu.
Paulus menggambarkan hal ini sebagai salah satu fenomena yang akan semakin marak menjelang akhir jaman. "Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya." 2 Timotius 3 : 5
Ini adalah satu dari sekian banyak hal serius yang digambarkan Paulus sebagai "masa yang sukar". 2 Timotius 3 : 1 — “ Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar."
Masa yang sukar, dalam benak kita itu berarti ada banyak krisis, bencana, peperangan, tekanan dan sebagainya. Benar, itu memang kerap terjadi akhir-akhir ini. Tetapi apa yang dikatakan oleh Paulus sebagai masa yang sukar ternyata bukan sekedar mengacu kepada kerusakan lingkungan atau bahkan krisis ekonomi. Masa-masa yang sukar menurut hemat Paulus adalah pada saat kejatuhan manusia semakin jauh dalam mementingkan dirinya sendiri.
2 Timotius 3 : 2 - 4 — “ Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti ALLAH."
Perhatikan bahwa sikap-sikap seperti ini bukan lahir dari orang tidak percaya tapi justru lahir dari orang-orang yang rajin menjalankan ibadah seperti yang disebutkan dalam ayat 5 di atas. Secara lahiriah mereka beribadah, tapi mereka sebenarnya menolak kekuatannya. They deny and reject it, they are still strangers to the power of it. ini merupakan teguran buat kita juga yang secara fisik hadir di gereja tetapi hanya sebagai sebuah ritual atau kebiasaan atau tradisi semata tanpa mengalami pertumbuhan iman apapun lewat itu semua.
Kita memang beribadah, tetapi kita sendiri malah memungkiri kekuatannya. We pray but we reject the power of praying. Beribadah sangatlah penting. Paulus mengatakan "Latihlah dirimu beribadah". 1 Timotius 4 : 7b. Mengapa harus dilatih? Karena latihan rohani itu bisa membawa manfaat yang jauh lebih besar dari latihan badani/jasmani.
"Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." 1 Timotius 4 : 8
Latihan jasmani akan sangat berguna bagi kesehatan dan daya tahan tubuh kita. Itu berguna bagi kehidupan kita di dunia saat ini, tetapi tidak akan ada gunanya lagi untuk hidup yang akan datang. Sedangkan melatih diri untuk beribadah akan berguna baik untuk hidup saat ini maupun yang akan datang nanti.
Jadi jelas beribadah itu penting. Tapi jangan lupa bahwa kita pun harus tahu hakekatnya kita beribadah. Paham tujuannya, kegunaannya, kekuatannya, agar ibadah yang kita lakukan tidak menjadi sia-sia, tidak berhenti hanya sebatas menjalankan tradisi, sesuai kebiasaan atau tata cara liturginya saja.
Ibadah yang dilakukan dengan benar akan mampu membangun iman kita untuk bertumbuh makin besar, berakar dalam KRISTUS semakin dalam, sehingga kita lagi terjebak memungkiri sendiri kekuatan di balik ibadah-ibadah yang kita lakukan itu. Kalau untuk percaya terhadap pengalaman orang saja kita sulit, bagaimana mungkin kita bisa mengalaminya sendiri ?
Ibadah yang dilakukan hanya pada titik lahiriah saja tidak akan membawa manfaat apa-apa bagi kita. Kita akan terus semakin jauh dari pengalaman-pengalaman luar biasa bersama KRISTUS. Kita tidak akan bisa merasakan mukjizat-NYA, penyertaan dan pertolongan-NYA yang ajaib, serta berbagai kuasa TUHAN yang terus dinyatakan hingga hari ini secara nyata. We can see it, feel it, experience it for real.
Kita harus terus maju memahami kekuatan dari ibadah hingga pada suatu ketika nanti bisa mengalaminya langsung, bukan lagi hanya kata orang tetapi kita sudah mengalami sendiri. Semua orang percaya harus sampai kepada tingkatan seperti itu, dan itu akan sulit sekali apabila kita sendiri masih memungkiri kekuatannya.
Ibadah tidak boleh terbatas pada seremonial yang penuh dengan hafalan tanpa memahami esensinya.
Ibadah tidak boleh berhenti pada tata cara, gerak tubuh, posisi dan ucapan yang sama berulang-ulang.
Ibadah seharusnya diarahkan untuk membangun hubungan yang intim dengan TUHAN.
Ibadah bukanlah tempat dimana kita hanya meminta dan terus meminta, mengeluh dan merengek tetapi lebih dari itu seharusnya dipergunakan untuk bersekutu dengan-NYA, merasakan hadirat-NYA, mendengar suara-NYA dan mengetahui kehendak dan rencana-NYA yang terbaik atas kita, atau mendengar teguran-NYA ketika kita melakukan sesuatu yang salah.
TUHAN tidak suka dengan orang-orang yang hanya menjalankan ibadah sebagai sebuah rutinitas atau ritual belaka. "Dan TUHAN telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan AKU dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-KU, dan ibadahnya kepada-KU hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, AKU akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." Yesaya 29 : 13 - 14
Perhatikan bahwa bahkan akan ada hukuman TUHAN yang jatuh kepada orang-orang yang hanya sebatas bibir saja memuliakan TUHAN, hanya sebatas hafalan, seremonial, kebiasaan, sementara hatinya tidak memancarkan kasih sama sekali kepada TUHAN.
Sebaliknya kepada orang yang sungguh-sungguh mencari TUHAN dalam tiap ibadah yang mereka lakukan, TUHAN memberikan seperti ini: "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-NYA dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-NYA kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." Bilangan 6 : 24 - 26
Ini akan diberikan sebagai berkat kepada kita jika kita meletakkan nama TUHAN di atas segalanya, termasuk dalam ibadah kita. Bilangan 6 : 27 — “ Demikianlah harus mereka meletakkan nama-KU atas orang Israel, maka AKU akan memberkati mereka."
Dan lihat pula Firman TUHAN berikut : "beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu." 1 Samuel 12 : 20b
Beribadah harus dilakukan dengan segenap hati, dengan serius dan sungguh-sungguh dengan memiliki tujuan yang benar. TUHAN tidak suka apabila kita mementingkan tata cara dan hal-hal lain di luar membangun kedekatan hubungan dengan-NYA. TUHAN tidak suka ketika kita hanya ingin terlihat hebat rohani dari luar sementara di dalam iman kita malah tidak jelas bentuknya.
Sebaliknya TUHAN akan disenangkan hati-NYA kala melihat anak-anak-NYA yang rajin beribadah karena haus merasakan saat-saat teduh bersama-NYA, rindu untuk terus bertemu dan mendengar pesan-pesan-NYA, dan tentu saja yang menunjukkan imannya dengan mengaplikasikan firman TUHAN secara nyata di dalam kehidupannya sehari-hari.
Kita bukanlah hidup untuk terlihat hebat di depan manusia, tetapi justru yang terpenting adalah menghidupi sebuah kehidupan yang berkenan di mata TUHAN. Jika kita sudah beribadah tetapi masih juga meragukan atau menolak kuasa TUHAN, itu artinya masih ada yang harus kita perbaiki dalam melakukan ibadah kita.
Percayalah bahwa TUHAN punya kuasa jauh melebihi segalanya dan mampu menjungkir-balikkan logika manusia. Itu masih terjadi secara nyata sampai hari ini, masih akan terjadi nanti, dan itu pun bisa kita alami secara langsung dalam kehidupan kita sendiri. Jangan sia-siakan ibadah dengan hanya mementingkan tata cara dan kebiasaan saja, AMIN.
TUHAN YESUS Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar